Oseania Berhasil Menggelar Acara Tahunan

Oseania Berhasil Menggelar Acara Tahunan

Oseania Berhasil Menggelar Acara Tahunan – Oseania berhasil mengadakan agenda tahunannya, Simposium Internasional PPI Kawasan Asia – Oseania pada tanggal 17 – 19 Mei 2019 yang dihadiri oleh Perwakilan 12 PPI Negara, 25 Cabang PPI Tiongkok, Dan 53 Ranting PPI Tiongkok di Universitas Tianjin di Tiongkok.

Acara tersebut tak hanya dihadiri oleh para Delegasi ataupun Peninjau dari berbagai Negara Se Asia Oseania, akan tetapi Duta besar Republik Indonesia untuk RRC & Mongolia, dan Para Panelis dari Indonesia juga turut ikut serta di dalam acara ini. www.benchwarmerscoffee.com

Acara besar ini dimulai pada hari Jum’at tanggal 17 Mei 2019 dengan acara utama berisi seputar kepengurusan, dimana kegiatan RKTP (Rapat Kerja Tengah Periode) PPI Tiongkok 2018 – 2019 digelar.

Selain itu, kegiatan Asia Young Scholar Summit (AYSS) pun dilaksanakan untuk pertama kalinya di Tiongkok dengan jumlah peserta yang lebih dari 70 orang yang dominasi berasal dari berbagai Universitas ternama di Indonesia, selain itu ada yang berasal dari salah satu Universitas di Jepang dan Tiongkok serta terdapat pendengar/listener yang berasal dari berbagai Negara. idn slot

Oseania Berhasil Menggelar Acara Tahunan

Berlanjut pada hari kedua, tepat pada hari Sabtu tanggal 18 Mei 2019 dengan rangkaian acara yang pertama ialah Kongres PPI Kawasan Asia – Oseania.

Perwakilan dari PERMITHA Thailand, PPI Australia, PPI Jepang, PPI Tiongkok, Permias Amerika berkumpul Pada Kongres PPI Kawasan Asia – Oseania tahun 2019 dengan topik pembahasan mengenai Praktek Kuliah Kerja tidak Proporsional di Dua Negara Asia Timur.

Sejak bulan Februari 2019 tim Satuan Tugas (Satgas) anti kerja paksa PPI Kawasan Asia – Oseania masih menemukan praktek kuliah kerja tak proporsional baik di Taiwan maupun di Tiongkok.

“Satgas sudah menemukan praktek ini di Taiwan serta Tiongkok, dan temuan ini cukup mengejutkan kami, karena disaat antuasisme kuliah ke luar negeri begitu tinggi, ada pihak yang tidak bertanggung jawab dan menyesatkan calon mahasiswa/i.

Kami menghimbau kepada para mahasiswa Indonesia untuk lebih berhati-hati dalam menenetukan program kuliah ke luar negeri.” Ujar Nikko Ali Akbar, anggota Satgas Anti Kerja Paksa dari Tiongkok, dalam kegiatan Simposium PPI Kawasan Asia-Oseania tahun 2019 di Kota Tianjin, RRT.

Pada sore hari dilanjutkan acara Festival Budaya yang digelar di Stadium Olahraga Universitas Tianjin yang dihadiri oleh kurang lebih 1000 penonton dari berbagai Negara dan puluhan Performers dari berbagai Kota di Tiongkok.

Acara ini tak akan berjalan dengan lancar dan meriah tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak, seperti Bapak Djauhari Oratmangun selaku Duta Besar Republik Indonesia untuk RRC & Mongolia dan Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) Bapak Yaya Sutarya,

Perwakilan dari Universitas Tianjin, dan Generasi Wonderful Indonesia serta Para Sponsorship seperti OPPO, Blibli.com, Bank of china yang turut membantu dalam suksesnya festival budaya ini.

Sesuai dengan temanya ‘Mesmerizing in Diversity’ acara tersebut menyuguhkan banyak sekali kejutan-kejutan seperti performance yang sangat luar biasa seperti, Tari Piring, Tari Mappadendang, drama, booth Pulau Kalimantan, Bali, dan Sulawesi yang mewakili keindahan Indonesia dan terdapat juga stand yang menjual aneka makanan dan snack Indonesia untuk para teman-teman Negara asing dan perantau yang rindu makanan Indonesia.

Hadiah Lucky Draw pun juga sangat menarik perhatian yaitu gratis round trip to Bali, paket fotografi, E-Bikes, dan juga OPPO Smartphones. Festival ditutup dengan menyanyi dan menari Tarian Maumere yang berasal dari Maluku dengan penuh kegembiraan bersama dengan pak Djauhari Oratmangun dan semua yang berpartisipasi dalam acara.

Acara puncak pun tiba yaitu Simposium Internasional PPI Kawasan Asia – Oseania tahun 2019. Simposium ini hampir sama seperti kegiatan Seminar pada umumnya, namun yang membedakan adalah Simposium ini mengundang beberapa Panelis yang ahli di bidangnya untuk membahas satu tema dari sudut pandang yang berbeda – beda, seperti bidang Ekonomi, Teknologi, dan juga Pertahanan.

Simposium tahun ini mengusung tema yaitu Resolusi Millennials dalam Akselerasi Revolusi Industri Nasional 4.0 yang dibagi menjadi 3 panel, dengan menghadirkan Para Panelis Hebat, seperti Rocky Gerung (Pendiri Setara Institute), Budiman Sudjatmiko (Pendiri Inovator 4.0 ID),

Lisa Widodo (SVP Blibli.com), Tyovan Ari Widagdo (Pendiri Bahaso.com), Arief Hartawan (Kepala Perwakilan Bank Indonesia Beijing) serta Djauhari Oratmangun (Dubes RI untuk RRC & Mongolia) sebagai Keynote Speech dan Komjen Pol. Drs. Suhardi Alius M.H. (Kepala BNPT) sebagai Special Guest.

Tema yang dibahas para panelis – panelis di Simposium sangat erat kaitannya dengan kondisi Penduduk Indonesia khususnya Mahasiswa/i Indonesia saat ini yang sangat bergantung dengan Sosial media.

Seperti halnya tanggapan Duta besar Republik Indonesia untuk RRC & Mongolia Pak Djo sapaan akrab beliau saat diwawancara “Indonesia sudah mengembangkan Revolusi Industri 4.0 dan

alangkah baiknya kita berkolaborasi dengan Tiongkok yang sedang mengembangkan Revolusi Industri 5.0 untuk ke arah Negara yang menjadi lebih baik, dan untuk para Mahasiswa/i Indonesia di Tiongkok.

Kalian sudah dipermudah dengan teknologi, maka harus mengimplementasikan apa yang sudah didapat, tidak hanya ahli di satu bidang saja tetapi juga di semua bidang”.

Revolusi Industri 4.0 sangat berdampak baik pada masa depan dan dapat memberi peluang besar. Terlepas dari semua itu, para pengguna juga harus berhati – hati dalam pengembangan teknologi yang semakin pesat,

bahkan dampak buruk dapat terjadi kapan saja dan tanpa kita sadari seperti yang dijelaskan oleh Bapak Suhardi Alius selaku kepala dari BNPT tentang pembahasan tentang Radikalisme & Terorisme.

“paham radikalisme yang berujung ke terorisme karena utamanya berasal dari social media yang tidak bijak dalam penggunaannya. Dari kejadian ini tak hanya pihak BNPT yang akan turun tangan, namun pihak pemerintah,

Diaspora, serta kesadaran masyarakat/pelaku itu sendiri, meskipun kita hidup bergantung dengan teknologi tapi bijaklah dalam menggunakan, pilah dan saring terlebih dahulu sebelum menggunakan,” mengutip ulang ucapan Bapak Suhardi Alius, Kepala BNPT.

Asian Games tahun 2022 yang akan berlangsung di Hangzhou, Tiongkok bakal meriah. Australia dan juga 16 negara regional Oseania dipastikan akan ikut berpartisipasi di multi-event empat tahunan tersebut.

Hall ini disampaikan oleh Dewan Olimpiade Asia (OCA). Dilansir dari Reuters, Australia dan para negara Oseania hanya boleh mengirimkan atlet dari cabang olahraga beregu seperti basket, voli, sepak bola, dan lainnya.

Oseania Berhasil Menggelar Acara Tahunan 1

Presiden Komite Olimpiade Australia yang bernama John Coates mengaku sangat senang dengan keputusan OCA tersebut. Coates menuturkan, pihaknya telah bertahun-tahun memperjuangkan hal ini sejak Asian Games pertama tahun 1951 di India.

Dengan bisa berkompetisi di Asian Games, Coates menuturkan bahwa kesempatan para atlet Australia untuk berlaga di Olimpiade bakal semakin besar.

“Australia dan para negara Oseania tetangga sangat senang dengan kesempatan yang sudah diberikan ini. Kami akan segera tentukan tim mana saja yang akan berangkat ke Hangzhou pada 22 September 2022 mendatang,” ujarnya.

Selama ini, para atlet Australia dan negara-negara Oseania tidak pernah rutin mengikuti multi-event bergengsi. Australia pernah ikut berpartisipasi di East Asian Games 2002, namun para pemain mereka tidak berhak mendapatkan medali.

Sementara, negara-negara Oseania yang tergabung dalam sub-regional Polinesia, Melanesia, dan Mikronesia hanya pernah mendapat undangan ke beberapa multi-event seperti Asian Winter Games dan the Asian Indoor and Martial Arts Games.

“Bisa berlaga di Asian Games ialah buah dari perjuangan panjang kami. Keputusan tersebut akan menguntungkan untuk para atlet kami,” ujar Coates senang.